Menangkap pangsa pasar wanita

Setiap beberapa kwartal, eksekutif perusahaan yang sedang kewalahan menghadapi persaingan akan mendapatkan mandat dari atasannya untuk tidak mengabaikan pangsa pasar yang selama ini belum tergali optimal potensinya. Biasanya mereka akan mengejar youth market atau female market.

Goal setting yang jangka pendek tentu akan menghasilkan strategi yang berkiblat ke hasil jangka pendek pula. Akhirnya yang dilihat hanyalah jalan pintas (advertising campaign, price campaign, dan perubahan kemasan produk) padahal setiap kali mengambil jalan pintas, jalan tersebut semakin tidak efektif. Bahkan mengambil jalan pintas sebenarnya merusak kemungkinan perusahaan tersebut untuk membangun masa depan di market sasaran.

Biasanya kita membahas marketing ke anak muda. Coba kali ini kita lihat marketing ke perempuan. Tantangan dan kesalahan perusahaan sangat mirip.

Coba kita lihat industri otomotif dan industri teknologi. Kalau dilihat dari marketing mereka, seakan-akan perempuan hanya punya dua pilihan, menjadi ibu rumah tangga atau menjadi foxy hot girl. Lihat saja tugas perempuan di auto show atau pameran gadget terbaru.

Kemudian perusahaan-perusahaan yang sama mengatakan, “Wah, kita tidak menganggap perempuan sebagai objek kok! Nih kita bahkan membuat produk khusus untuk wanita. Jelas untuk wanita kan? Warnanya pink lho!”

Emang Power Rangers? Warna pink berarti perempuan? (Actually, Power Rangers malah mendingan, tergantung versinya, Yellow Ranger juga perempuan)

Bahkan kami di mobileYouth menamakan ini sebagai Pink Phone Syndrome. Kalau perusahaan mengeluarkan HP warna pink/plum/dsb untuk menangkap pangsa pasar wanita, ini tanda-tanda untuk mulai menjual saham mereka (lihat saja Nokia Pink Lumia, HTC Bliss). Saham akan turun dan turun terus. Satu-satunya pengecualian adalah Motorola Razr jaman dahulu kala, jaman sebelum smartphone.

***

Mudahnya seperti ini. Sama seperti untuk menangkap pangsa pasar anak muda. Want to pull them in? Stop pushing them away.